Pantauan di tugu perbatasan Mojokerto-Jombang Desa Tanggalrejo, Kecamatan Mojoagung, Jumat (21/10/2016) malam, polisi menghentikan setiap bus yang melintas dari arah Jombang menuju Mojokerto. Petugas memeriksa barang bawaan setiap penumpang. Atribut PSHT dan senjata tajam menjadi incaran petugas.
"Razia penumpang bus ini untuk mengantisipasi pergerakan warga PSHT dari luar daerah menuju ke Mojokerto," kata Kabag Ops Polres Jombang, Kompol Kusen Hidayat di lokasi.
Tak hanya di perbatasan Mojoagung, lanjut Kusen, penyekatan juga dilakukan di jalur masuk lainnya dari Jombang ke Mojokerto. Sebanyak 286 personel polisi dan 49 anggota TNI disiagakan di beberapa lokasi.
Di perbatasan Mojoagung ditempatkan 20 personel, Ngusikan yang menjadi jalur masuk dari Tuban dan Lamongan dijaga 39 personel, Bandar Kedungmulyo 20 personel, Curahmalang 10 personel, Kesamben 10 personel, sedangkan 131 personel disiagakan di Polres Jombang.
"Jika kami temukan warga PSHT pasti kami hentikan. Akan kami serahkan ke pimpinan ranting di kecamatan. Tidak kami halau karena khawatir akan berulah," ujarnya.
Sementara Kapolres Kota Mojokerto, AKBP Nyoman Budiarja mengatakan, sejak kemarin (20/10), pihaknya menetapkan status keamanan menjadi siaga satu. Sedikitnya 800 personel polisi disiagakan untuk menjaga sejumlah titik rawan dan wilayah perbatasan.
Personel keamanan terdiri dari 4 kompi pasukan Polres Kota Mojokerto, 2 Kompi Brimob Polda Jatim, 150 personel bantuan Polres Kabupaten Mojokerto, serta 1 SST dari Kodim 0815 Mojokerto.
Siaga satu sendiri, menutur Nyoman sebagai langkah antisipasi terjadinya bentrokan susulan antara PSHT dengan warga. Terlebih lagi malam ini, sedang digelar peringatan hari ke 7 meninggalnya Dwi Cahyono (19), anggota PSHT asal Dusun Magersari, Desa Temuireng, Kecamatan Dawarblandong.
"Jangan sampai acara ini menjadi sebuah momen berkumpul massa dalam jumlah besar yang berubah menjadi situasi kontingensi, sedangkan pasca perusakan kemarin (di Dawarblandong) pasti ada imbasnya bagi masyarakat, situasi belum kondusif," terangnya.
Upaya penyekatan di wilayah perbatasan juga dilakukan untuk mencegah massa PSHT dari luar daerah masuk ke Mojokerto. Hal itu dilakukan agar tak terjadi bentrokan dengan warga. Selain itu, penjagaan ketat juga dilakukan di rumah duka, kawasan simpang empat Kupang, Jetis, dan Desa Pulorejo, Kecamatan Dawarblandong.
"Kami menaruh personel di perbatasan, spot-spot yang punya kerawanan, kami melakukan penyekatan (massa PSHT) yang dari luar daerah agar tidak masuk ke Mojokerto," tandasnya.
Sumber : Detik.com